KULONPROGO (wartakonstruksi.com) - Rencana pembangunan rel kereta api menuju Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) menerjang 4 desa di Temon. Pematokan dan pengukuran lahan yang nantinya dilintasi oleh rel kereta api mulai dilakukan oleh PT. KAI, bersama BPN dan pemerintah desa di masing - masing wilayah tersebut.
Empat desa yang terkena dampak pembangunan lintasan kereta api ini antara lain, Desa Kulur, Kaligintung, Kalidengen serta Desa Glagah. Pengukuran dan pematokan lahan di wilayah Desa Glagah mulai dilakukan di lahan pertanian milik warga yang masih produktif. Sekitar 10 hektare lahan diperlukan untuk pembangunan rel kereta api dari Stasiun Kedundang menuju area Bandara YIA.
Menurut Kabag Pembangunan Desa Glagah, Sujarwo, terdapat lahan milik warga di 3 pedukuhan, yakni, Pedukuhan Sidorejo, Kretek dan Pedukuhan Logede yang terkena dampak rencana pembangunan rel kereta api yang nantinya menuju Bandara Internasional. “Sudah pengukuran dan pematokan, tapi belum selesai semua. Untuk sosialisasi sudah dua kali dan terakhir sekitar bulan Maret lalu,” tutur Sujarwo kepada wartakonstruksi.com, kemarin.
Untuk Desa Glagah terdapat sekitar 50 Kepala Keluarga (KK) yang lahannya terkena dampak pembangunan rel kereta api, dengan komposisi 70 persen berupa lahan pertanian dan sisanya berupa pekarangan milik warga tersebut. Desa Kaligintung, lebih dari 1 hektare yang terkena dampak dan berada dalam 148 bidang dan untuk Desa Kulur yang terkena dampak milik satu orang warga berupa lahan sawah.
“Sebatas yang saya ketahui saat sosialisasi, semua bisa menerima, akan tetapi ini kan juga masih tahap awal. Kalau untuk harga biasanya kan yang menentukan tim appraisal, dan sekarang juga belum sampai kesana, dan mungkin juga belum tahapannya,” ungkap Sujarwo.
Kabag Pembangunan sendiri turut terkenda dampak. Tiga bidang lahan miliknya di Pedukuhan Logede 2 bidang dan Pedukuhan Kretek 1 bidang, turut terkenda dampak pembangunan rel kereta api menuju bandara.
“Ada beberapa harapan dari masyarakat yang kena dampak itu, beberapa lahan yang terbelah maupun yang terkena tapi hanya sedikit. Harapannya bisa dibebaskan semua, karena yang seperti itu sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi. Dan nanti saat ada sosialisasi lagi hal ini juga akan kita sampaikan ke PT. KAI,” pungkasnya.
Penulis | : Bhisma Bharata |
Editor | : Sodik |