SPAM KARTAMANTUL : Pelayanan Tak Maksimal, Pengelolaan Perlu Pembenahan
Sabtu, 20 Juli 2019 07:22 WIB

Clearwell+SPAM+Bantar

YOGYAKARTA (wartakonstruksi.com) – Adanya SPAM Regional KARTAMANTUL diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat yang berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), baik dalam sektor industri, perumahan, perhotelan dan pariwisata. Tapi sayang pengelolaannya masih jauh dari kata maksimal, sebab masih banyak PR yang harus segera dibenahi.

Program SPAM Regional KARTAMANTUL dapat memenuhi kebutuhan air baku sebesar 700 ltr/dtk yang merupakan gabungan dari SPAM Bantar atau Sistem Bantar (400 ltr/dtk) dan SPAM Kebonagung atau Sistem Kebonagung (300 ltr/dtk). Dari kedua sistem tersebut, sistem Bantar telah beroperasi, sedangkan Sistem Kebonagung masih dalam tahapan pembangunan.

Sejak dioperasikan, realisasi produksi Sistem Bantar belum bisa optimal. Dari kapasitas 400 ltr/dtk baru sekitar 60 persen yang dapat diolah menjadi air bersih atau setara dengan sekitar 240 ltr/dtk. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan mengingat kebutuhan air di Bantul, Kota Yogya dan Sleman cukup tinggi dan terus mengalami peningkatan.

Bantul misalnya, PDAM daerah ini sangat mengandalkan suplai dari SPAM Regional KARTAMANTUL untuk kebutuhan air bersih di wilayah Barat. Wilayah ini jadi andalan pengembangan pasar PDAM Bantul. Tapi dari alokasi 100 ltr/dtk pada fase 1, Bantul baru memanfaatkan 70 ltr/dtk saja.

Belum maksimalnya produksi pada sistem Bantar terjadi karena beberapa sebab. Salah satunya karena faktor minimnya sumber daya manusia (SDM) khususnya untuk tenaga operator. Padahal ketersediaan SDM berbanding lurus dengan pelayanan. SDM yang kurang adalah tenaga operator untuk mesin prasedimentasi dan dozing. Selain soal SDM perlu ada penyempurnaan pada jaringan distribusinya.

Data yang berhasil dihimpun, saat ini tenaga operator bagian dozing baru ada 4 personel sedangkan untuk operator prasedimentasi hanya ada 3 personel. jumlah ini jelas jauh dari kata ideal terutama bila dikaitkan dengan kerjanya yang berhubungan dengan zat kimia. Sementara itu, untuk jaringan masih terdapat alat water meter yang harus diganti.

Menurut Kasi Operasional & Pemeliharaan Sistem Jaringan Air Minum Perkotaan Balai PIALAM (Pengelolaan Infrastruktur Air Limbah dan Air Minum) Dinas PUP-ESDM DIY, Dedi Risdiyanto ST, operator dozing idealnya ada 12 personel dan prased 9 personel. Sehingga apabila dibagi 3 shift maka tugas operator tidak terlalu berat seperti saat ini. Secara keseluruhan kebutuhan kekurangan operator mencapai 42 personel lagi.

“Yang ke selatan sudah operatornya, tapi yang ke utara belum. Dari sisi potensi ada 4 tempat yaitu Bedog, Donokitri, Gemawang dan Tambak. Empat jalur itu dari reservoir Kronggahan, tapi belum optimal karena kekurangan operator,” ucap Dedi.

Dijelaskan Dedi, pihaknya sudah mengusulkan tambahan tenaga operator namun sayang usulan itu dicoret. Akibatnya, jalur Gemawang belum tercover. Sedangkan Bedog sudah tercover tapi hanya siang. Meski instalasinya sudah ada, tapi operatornya tidak ada. Operator inilah yang nantinya akan membaca water meter dan menyalakan serta mematikan pompa.

Bila jumlah personel sudah ideal, alokasi distribusi akan menjangkau ke semua reservoir yang ada, termasuk reservoir Gemawang, Donokitri, dan Tambak yang sekarang belum terlayani. Di samping kurangnya tenaga operator, lanjutnya lagi, pihaknya juga masih perlu melakukan beberapa penyempurnaan pada beberapa jaringan antara lain pada jaringan Donokitri, Gemawang dan Tambak, terutama pada pemasangan gate valve dan air valve.

Tulisan ini merupakan rangkuman dari laporan khusus yang dibuat WK Magz edisi Juli 2019. Kami sajikan laporan khusus itu dalam beberapa tulisan pada laman ini, selain sebagai informasi juga sebagai bahan evaluasi instansi terkait.

Penulis : ED-WK02
Editor : Sodik
COMMENTS
Belum ada komentar dari pembaca

Opini

Popular News