Teliti Kinerja Sabo Dam Merapi, Ka BBWS SO Raih Gelar Doktor di Unbraw
Jumat, 26 Februari 2021 05:32 WIB

Kepala+BBWS+Serayu+Opak

SLEMAN (wartakonstruksi.com) – Erupsi gunung Merapi tahun 2010 memuntahkan lahar hingga 140 juta m3. Volume lahar yang membanjiri sabo dam melebihi kapasitas sabo yang hanya sanggup menampung lahar sebanyak 20 juta m3.

Akibatnya banyak sabo dam yang mengalami kerusakan cukup parah. Sabo dam yang rusak membutuhkan rehabilitasi maupun rekonstruksi untuk bersiap menghadapi erupsi besar berikutnya.

Baca juga

Namun, rehabilitasi maupun rekonstruksi tidak bisa dilakukan serampangan. Dibutuhkan kajian mendalam mengacu pada kondisi fungsional sabo secara faktual. Kondisi ini memantik Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWS-SO), Dwi Purwantoro ST MT untuk meneliti lebih jauh.

Berkat penelitian ini, Ka Balai yang akrab disapa DP meraih gelar doktor dari Universitas Brawijaya Malang setelah berhasil mempertahankan disertasi berjudul “Model Indeks Kinerja Sistem Infrastruktur Sabo Dam di Gunung Merapi’, dalam ujian terbuka yang digelar belum lama ini.

Ujian terbuka yang dipromotori Prof Dr Ir Lily Montarcih L M.Sc, dan Ko Promotor I Ir. Moh Solichin MT Ph.d dan Dr Ir Widandi Soetopo M.Eng (Ko-Promotor II) berhasil dipertahankan dengan baik di depan penguji yang terdiri dari Prof dr Ir Muhammad Bisri MS (Penguji I), Ir Agus Suprapto Kusmulyono M.Eng (Penguji II), dan Dr Ir Hari Suprayogi M.Eng (penguji tamu).

Menurut Dwi Purwantoro, penelitiannya fokus pada estimasi kinerja fungsional sabo dam pada kondisi aktual saat ini. Tujuannya adalah untuk menyusun kerangka permodelan berbasis permodelan persamaan struktural (Structural Equation Modelling - SEM) dan metode reduksi gradient umum (Generalized Reduced Gradient - GRG).

Kerangka tersebut mengacu prinsip-prinsip sumber daya air, model yang telah terbangun, regulasi, dan berbagai faktor yang mempengaruhi sasaran. Berbagai faktor ini dikelompokkan ke dalam tiga klasifikasi yaitu aspek fisik, aspek regulatif, dan aspek sosial.

“Ketiga aspek tersusun atas delapan variabel: kinerja komponen sabo dam, kondisi vegetasi riparian, kondisi alur sungai, kinerja penambangan pasir, kesesuaian regulasi, sosial-buadaya-ekonomi, kerjasama pemerintah - swasta, dan kerugian bencana yang disusun kembali atas tiga puluh sembilan indikator,” jelasnya.

Hasil analisis SEM menggunakan SmartPLS dari sampel 89 sabo dam, lanjut Dwi, menunjukkan bahwa dua puluh enam dari tiga puluh sembilan indikator dinyatakan valid, dengan delapan variabel dan tiga aspek tetap utuh.

Metode GRG dilakukan terhadap 69 sampel sabo dam dengan sisa sampel digunakan untuk kalibrasi, validasi dan verifikasi. “Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model berguna untuk menilai kondisi sabo dam dalam kerangka perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang penganggarannya terbatas,” pungkasnya

Penulis : O-Kz
Editor : Dodi Pranata
COMMENTS
Belum ada komentar dari pembaca

Opini

Popular News