Klaten Punya Banyak Pemandian, Pengelolaan Masih Sederhana dan Kurang Promosi
Rabu, 09 Januari 2019 12:57 WIB

Widiyarto

KLATEN (wartakonstruksi.com) – Klaten adalah Umbul Ponggok. Saking ngetopnya wisata pemandian itu, Klaten pun kian dikenal karena Umbul Ponggok. Padahal wisata pemandian Klaten tidak hanya Umbul Ponggok. Masih banyak wisata air lain selain yang yang ada di Desa Ponggok, Polanharjo itu. Wisatawan dari luar Klaten bisa mengunjungi Obyek Mata Air Cokro (OMAC) atau Umbul Jolotundo. Tidak hanya berenang, bila ingin terapi, mereka bisa ke Umbul Brintik karena airnya mengandung PH (potensial hidrogen) atau tingkat keasaman yang tinggi. Yang memiliki hipertensi, gula tinggi, stroke bisa beredam dan ikut terapi di kolam Umbul Brintik.  Atau bisa juga mencoba Umbul Tirto Mulyono dan Mulyani di Desa Pluneng. Banyaknya kolam pemandian tidak terlepas dari kondisi alam Klaten. Daerah itu memiliki banyak sumber mata air. Ada sensasi tersendiri saat berenang di tempat pemandian yang benar-benar segar dan alami karena airnya berasal dari alam. Dan tak heran pula bila Klaten layak disebut Kota Air. Daerah tersebut memang berlimpah air alami. Baca juga: Menurut Widiyarto, Sekretaris Dinas Pariwisata, Budaya, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Klaten, jumlah wisata pemandian terhitung tidak sedikit. Dan pemandian itu tersebar di berbagai desa. Bahkan saking banyaknya sumber air, di satu desa bisa memiliki beberapa kolam pemandian. Pemandian rata-rata dikelola desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Widiyarto mengungkapkan ini potensi yang sangat besar bagi Kabupaten Klaten. Tidak hanya di sektor pariwisata tetapi juga pertumbuhan ekonomi masyarakat. “Banyak wisata air yang tersebar di Klaten. Ini disebabkan Klaten memiliki banyak sumber mata air. Boleh juga bila Klaten disebut Kota Air. Wisata air atau pemandian rata-rata dikelola desa melalui BUMDes. Tak soal siapa yang mengelolanya, wisata air di Klaten harus terus dikembangkan. Jadi Klaten tidak hanya terkenal karena Umbul Ponggok, tetapi umbul yang lain bisa menjadi destinasi wisata,” tutur Widiyarto. Berita Klaten lainnya: Pengelolaan oleh BUMDes menunjukkan desa makin mandiri dalam mengembangkan aset di wilayahnya. Menurut Widiyarto pengelolaan secara mandiri itu mampu memberdayakan ekonomi masyarakat desa. “Hampir semuanya dikelola melalui BUMDes. Hanya dua yang dikelola pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Pariwisata, yaitu Umbul Jolotundo dan OMAC. Sedangkan untuk obyek wisata yang dikelola desa, Dinas Pariwisata berperan sebagai kontrol dan pengendalian,” katanya. Pengawasan dan pengendalian dari dinas diharapkan bisa mengembangkan setiap obyek wisata. Meski memiliki potensi luar biasa, namun pemandian air di Klaten sesungguhnya masih kurang berkembang. Hanya Umbul Ponggok yang paling menonjol sampai seantero nusantara. Berita menarik lainnya: Di tahun 2017 saja, Desa Ponggok meraih penghargaan di Expo BUMDes. Ponggok dinobatkan sebagai Desa Terbaik dalam hal Pemberdayaan Masyarakat karena sukses mengembangkan umbulnya. “Bayangkan pemasukan desa bisa mencapai Rp 20 miliar per tahun dari Umbul Ponggok. Bahkan desa bisa memberikan beasiswa warganya yang kuliah. Apa yang dikembangkan Umbul Ponggok bisa diikuti di desa lain,” ujar Widiyarto. Perkembangan Umbul Ponggok tidak terlepas dari pengelolaannya yang pernah diserahkan kepada pihak ketiga. Sang pengelola pun menjadikan umbul sebagai destinasi wisata yang menarik. Setelah kontrak pengelolaan berakhir, desa mengambil alih sepenuhnya. Desa pun melanjutkan apa yang sudah berkembang itu. Sebaliknya banyak tempat pemandian yang kurang ‘promosi’. Pengelolaannya yang terkesan sederhana menyulitkan tempat wisata berkembang. Bila dikemas lebih menarik, tidak menutup kemungkinan akan banyak ‘Umbul Ponggok’ lainnya di Klaten. (Gonang Susatyo/Sodik)
Penulis :
Editor : wkeditor
COMMENTS
Belum ada komentar dari pembaca

Opini

Popular News