KEBUMEN (wartakonstruksi.id) – Memanfaatkan lahan desa yang tak produktif, Desa Adiluhur, Kecamatan Adimulyo, Kebumen, membangun sebuah museum desa. Rencananya museum itu diintegrasikan dengan tempat wisata Taman Reptil Adiluhur (Tara) dan Kampung Wisata Inggris, Kebumen.
Museum desa memiliki luas 200 ubin atau sekitar 2800 meter persegi. Bangunannya mengambil konsep limasan dan berdiri di tengah area. Pembangunan museum merupakan buah kerjasama dari pengelola Taman Reptil Adiluhur dengan desa.
Sedangkan dana pembangunannya sebesar Rp 100 juta bersumber dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dispermades P3A) Kabupaten Kebumen.
Baca juga:
“Saat itu, kepala desa meminta agar lahan tak produktif tersebut dimanfaatkan. Kami kemudian merencanakan membangun museum desa setelah mendapat bantuan dari Dispermades P3A. Museum itu akan menampilkan benda-benda jadul seperti lesung dan yang lainnya. Nantinya akan terintegrasi dengan Taman Reptil Adiluhur,†tutur Agung Septyono dari pengelola Taman Reptil Adiluhur yang juga perancang museum desa.
Museum itu mulai dikerjakan pada Desember tahun lalu. Menurut Agung rangka bangunannya menggunakan baja ringan agar kokoh menghadapi cuaca ekstrem termasuk banjir. Pasalnya daerah tersebut sering dilanda banjir.
Bahkan pembangunan museum sempat terhenti karena banjir melanda daerah sekitar pada Januari lalu. Setelah banjir surut, pembangunan dilanjutkan kembali.

Hanya, saat ini pembangunan juga terkendala masalah dana. Pasalnya masih dibutuhkan dana sekitar Rp 400 juta untuk menyelesaikannya termasuk pengembangan agrowisata di sekitar museum.
“Belum diputuskan apakah akan memakai dana desa atau sumber lain untuk menyelesaikannya. Dari sebuah dinas lain sesungguhnya siap memberikan dukungan. Jadi kami menunggu sambil tetap melanjutkan pembangunannya,†kata Agung lagi.
Menurut rencana, pengelolaan museum tetap di bawah BUMDes Mulya Jaya. BUMDes akan mendapat pemasukan dari paket kampung wisata dan taman reptil. Dengan demikian, lahan yang tak produktif itu akhirnya bisa memberi manfaat bagi desa.

Apalagi rencananya pengunjung juga diajak menanam sayur di sekitar area yang menjadi agrowisata di dekat museum. Selain itu akan dibangun beberapa saung sehingga pengunjung bisa menikmati kuliner dengan pemandangan sawah.
“Karena diisi benda jadul, pengunjung bisa belajar sejarah dari benda-benda yang pernah dipergunakan kakek nenek buyut kita. Jadi paket wisata yang diberikan memang juga memberi edukasi kepada pengunjung. Mereka juga disediakan saung untuk menikmati kuliner sekaligus pemandangan desa,†ujarnya.
Gonang Susatyo
Â
Penulis |
: |
Editor |
: wkeditor |