Tumbuhan eceng gondok, genjer dan kangkung tumbuh subur memenuhi embung Sempulur yang sempat ngehits di tahun 70-an. Foto: Gonang Susatyo
Setelah selesai direhab, Kades kemudian membeli bibit ikan nila yang ditebar di embung. Tak sedikit bibit ikan yang dibeli karena harganya hanya Rp 30 ribu per kg. “Ada dana Rp 1,5 juta yang dibelikan bibit ikan nila. Harga per kilonya Rp 30 ribu. Ditambah ongkos kirim sebesar Rp 100 ribu. Semua dana itu dipergunakan untuk membeli bibit ikan. Jadi, embung itu bisa menjadi tempat pemancingan,†katanya. Kini embung bisa digunakan untuk mengairi sawah. Dan beberapa bulan lagi, warga bisa memancing ikan nila yang dipastikan sudah cukup besar. “Kini, air melimpah. Sawah-sawah dipastikan tidak kekurangan air lagi. Tapi embung belum bisa menjadi tempat wisata, karena masih banyak tumbuhan eceng gondok, genjer dan kangkung yang pertumbuhannya memang sangat cepat,†ujar Kades.Pemdes Jambukulon terus membenahi areal embung Sempulur setelah sempat tidak berfungsi cukup lama. Foto: Gonang Susatyo
Tumbuhan yang cepet berkembang itu mengakibatkan permukaan air waduk tertutup. Akibatnya petugas desa harus membersihkan permukaan embung secara berkala. “Baru dibersihkan, tak lama kemudian tumbuhan itu muncul lagi. Jadi harus rutin dibersihkan. Padahal, kami juga akan melengkapi beberapa fasilitas untuk embung. Misalnya, memasang pagar pengamanan sehingga masyarakat yang datang merasa aman dan nyaman bila berada di sekitar embung,†jelasnya. Penambahan fasilitas di embung akan dilakukan pada tahun ini. Selain itu, desa juga merencanakan membenahi Sendang Sentul dan Sendang Lanang Wadon. Desa berharap dua sendang itu bisa menjadi destinasi wisata. (Gonang Susatyo/Sodik) ÂPenulis | : |
Editor | : wkeditor |