KULONPROGO (wartakonstruksi.com) – Warga yang berada di dekat sungai yang melintasi kawasan Nagung hingga Trisik Kulonprogo sumringah. Sebabnya, kawasan itu bakal terhindar dari banjir setelah sungai di daerah itu dinormalisasi. Normalisasi sungai dimulai sejak Fabruari 2018 dan akan berlangsung hingga akhir 2019. Panjang total sungai yang dinormalisasi mencapai 23 kilometer
Anggoro, 60, warga Dusun 2 Gotakan, Panjatan, Kulonprogo mengaku senang sungai yang berada di dekat rumahnya dinormalisasi. Dengan begitu, ia mengaku tidak perlu khawatir kebanjiran lagi saat hujan turun.
“Setiap tahun kami selalu kebanjiran. Air masuk sampai ke dalam rumah, bahkan tinggi genangan air sampai setinggi lutut. Mudah-mudahan nanti tidak banjir lagi, atau minimal volume airnya tidak separah sebelumnya,†ucap Anggoro, Selasa (4/9/2018).
Baca juga:
Menurut Anggoro, masyarakat sekitar cukup senang dengan adanya proyek normalisasi. Warga juga tak segan memberikan bantuan bagi para pekerja seperti dengan memberi air minum hingga makanan ringan.
“Tahap pertama sampai akhir tahun 2018. Itu nanti jembatan-jembatan yang kecil itu diperlebar. Jembatan dibongkar dengan dibuat jembatan baru,†terangnya.
Salah satu pekerja normalisasi, Tumino mengatakan, pada proyek normalisasi iitu, lebar sungai bagian bawah dibuat 4 meter, lebar atas 8 meter dan ketinggian miringnya sekitar 3,5 meter.

Salah satu warga Panjatan Kulonprogo melihat proses pekerjaan normalisasi sungai yang melintasi kawasan Nagung hingga Trisik. Foto: Arif K Fadholy
Ia mengaku hingga saat ini proses normalisasi berjalan lancar dan tidak mengalami hambatan. Termasuk pasokan material yang juga lancar. Namun ia mengaku ada musuh besar yang sewaktu-waktu bisa menghambat pekerjaan yakni hujan. Apabila hujan turun, lanjut dia, maka pekerjaan secara otomatis akan terhenti.
Tumino menambahkan, pada pekerja memulai aktivitas sejak pukul 07.00 pagi hingga 17.00 sore. Namun, mereka sering kerja lembur karena banyak yang berasal dari luar DIY. Lembur menjadi pilihan agar tidak merugi lantaran para pekerja sebagian besar berasal dari luar daerah seperti Semarang dan Grobogan.
“Kalau
enggak lembur rugi, soalnya rumahnya pada jauh-jauh. Kebanyakan dari Semarang dan Grobogan. Hanya operator mesin pengeruk dan pengatur lalu lintas, biasanya orang sini,†pungkas Tumino.
Jurnalis: Arif K Fadholy
Editor   : Sodik
Penulis |
: |
Editor |
: wkeditor |