TAMAN BUDAYA SLEMAN: Lokasi di Bulak Ngabangan, Pembebasan Lahan Baru Dapat 6 Bidang
SLEMAN (wartakonstruksi.com) – Pemkab Sleman melalui Dinas Kebudayaan mulai melakukan proses pembebasan lahan yang akan digunakan untuk membangun taman budaya. Dana untuk pembebasan diambil dari Dana Keistimewaan (Danais).
Untuk proyek itu dibutuhkan lahan seluas 2,4 hektare. Satu pilihan yang  menjadi alternatif dari sisi perencanaan diarahkan di Kecamatan Godean, tepatnya di Bulak Ngabangan, Desa Sidoluhur, Kecamatan Godean.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan Sleman, Aji Wulantara SH, di lokasi tersebut ada 35 bidang tanah milik masyarakat, tapi baru 6 bidang saja yang  telah terselesaikan pembebasannya. Meski begitu dinas mematok target pembebasan lahan rampung tahun 2019 ini.
Baca juga:
â€Apapun keputusannya kita targetkan selesai tahun ini, keputusan ini kan bisa jalan terus bisa tidak. Tapi karena ini sudah kita rancang kalau ini tidak jadi saya harus segera mencari alternatif tempat yang lain karena pembangunan taman budaya ini fleksibel, kalau anggaran dari Danais sudah siap,†tandas Aji di kantornya, Rabu (27/2/2019).
Perihal pemilihan lokasi, kata Aji, dipilih wilayah bagian barat, di antaranya Godean dan Seyegan. Wilayah ini dipilih lantaran terdiri dari masyarakat sub urban dan religi maka diperlukan benteng budaya  salah satunya dengan dibangun taman budaya. â€Sekarang tim appraisal sudah bekerja. Sesuai tata ruang kita sudah mendapatkan izin,†katanya.
Guna pematangan perencanaan, pihaknya menargetkan pada 2020 segera disusun
detail engineering design (DED) gedung, sedangkan proses  pembangunannya direncanakan pada 2021. â€Mengenai desain bangunan nanti akan kita sayembarakan di sini tanpa ada obyeknya dahulu, tetapi itu menjadi gambaran secara makro nantinya disesuaikan dengan kesiapan tanah,†paparnya.
Diungkapkan pula, taman budaya di Sleman akan dirancang berbeda dengan daerah lain. Nantinya akan dipergunakan sebagai pusat edukasi budaya masyarakat yang lengkapi sarana prasarana ruang indoor dan area out door. â€Termasuk budaya agraris, nanti tersedia spot berupa sawah yang tetap dibiarkan berbentuk sawah, nanti ada pengenalan budaya wiwit, sehingga dapat mempertahankan budaya agraris mereka,†pungkasnya.
(Eko Purwono)
Penulis |
: |
Editor |
: wkeditor |