MUBAZIR : Salah Desain, Ikon OMAC Senilai Rp 14 M Mangkrak
Minggu, 13 Januari 2019 09:09 WIB

OMAC-1-1-650x371

OMAC-2-1

OMAC-3-1-650x372

OMAC-4-1-650x388

OMAC-5-1-650x369

KLATEN (wartakonstruksi.com) – Obyek Mata Air Cokro (OMAC) diharapkan menjadi salah satu destinasi wisata air Klaten. Seperti wisata air lainnya, OMAC yang terletak di Desa Cokro, Kecamatan Tulung ini memiliki sumber air dari alam. OMAC yng memiliki luas 15.000 m2 merupakan salah satu dari dua tempat wisata selain Umbul Jolotundo yang dikelola Pemkab Klaten, yakni Dinas Pariwisata, Budaya, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora). OMAC merupakan pengembangan dari wisata pemandian Umbul Ingas. Disebut Ingas karena airnya bersumber dari pohon ingas.

Tangga menuju seluncuran diniarkan tak terawat, ditambah bekas vandalisme di bagian tembok membuat bangunan ini sangat mubazir. Foto: Gonang Susatyo

Sebagai salah satu destinasi wisata, OMAC yang selesai dibangung pada 2009 dilengkapi berbagai fasilitas menarik. Pengunjung harus melalui jembatan gantung saat menuju tempat pemandian tersebut. Selain itu ada waterboom, pancuran, kolam bola sampai flying fox. Baca juga:  Sayangnya fasilitas water sliding (seluncuran) yang diharapkan menjadi ikon OMAC justru mangkrak karena tidak bisa dipergunakan. Saat pertama kali dibuat, seluncuran ini diharapkan menjadi daya pikat. Bagaimana tidak, tinggi menara atau tower seluncuran itu mencapai 20 m. Sedangkan seluncurannya meliuk sepanjang 50 m. Jadi ada sensasi tersendiri saat meluncur dari atas sebelum masuk kolam.

Water sliding yang dibangun dengan dana belasan miliar ini salah desain. Selain terlalu curam, kolam pendaratan juga tidak memadai. Foto: Gonang Susatyo

Namun saat diuji coba, water sliding itu ternyata dinilai membahayakan karena ada kesalahan desain. Padahal, pembangunan water sliding itu sendiri sudah menghabiskan dana Rp 14 miliar. Dengan ketinggian sampai 20 m, water sliding dinilai berbahaya karena terlalu curam. Sementara, kolam pendaratannya tidak dalam karena hanya 1,5 meter.

Kolam pendaratan hanya 1,5 meter padahal water sliding yang dibangun setinggi 20 meter. Kondisi ini dinilai sangat membahayakan. Foto: Gonang Susatyo

“Yang membahayakan karena kolamnya termasuk dangkal. Padahal, seluncurannya terlalu lurus dan tidak banyak kelokan. Pertama kali diuji coba memakai karung. Akhirnya diputuskan seluncuran terlalu berisiko. Sejak pertama kali dibuka, arena itu tidak pernah dipergunakan,” kata Irawan Wisnu, Pengelola OMAC kepada Warta Konstruksi belum lama ini. Berita lainnya: Senada diungkap Joko. Warga Solo ini mengungkapkan, water sliding tidak pernah digunakan sehingga terlihat berkarat di beberapa bagian. Tangga menuju menara pun ditutup sehingga orang tidak bisa naik. Saat jurnalis media ini mengunjungi, tampak beberapa remaja mencoba selfie di depan menara yang mangkrak itu.

Pemandian OMAC merupakan pengembangan dari Umbul Ingas. Obyek wisaya ini dikelola Pemkab Klaten melalui Disparbudpora. Foto: Gonang Susatyo

“Informasinya tidak boleh digunakan. Tangga menuju tower saja sudah dipasang penghalang sebagai tanda tidak boleh masuk. Sepertinya seluncuran itu terlalu tinggi sehingga membahayakan orang yang menggunakan,” ujar Joko. Bila hendak dipakai lagi, waterslide itu memang harus didesain ulang. Mulai dari menambah kelokan dan kolam pendaratannya harus lebih dalam. (Gonang Susatyo/Sodik)
Penulis :
Editor : wkeditor
COMMENTS
Belum ada komentar dari pembaca

Opini

Popular News