KULON PROGO (wartakonstruksi.com) - Stasiun Kedundang yang berada di wilayah Desa Kulur Kecamatan Temon bakal segera dibangun sebagai sarana penunjang operasional Bandara Internasional Yogyakarta (YIA). Nantinya stasiun ini difungsikan sebagai stasiun persinyalan atau stasiun penghubung antara kereta bnandara dengan kereta api reguler.
Tapi siapa yang tahu kondisi stasiun itu, kini? Jurnalis media ini menyempatkan melihat langsung kondisinya. Tampak kondisi bangunan stasiun Kedundang cukup memprihatinkan dan kumuh. Selain kondisi bangunan sudah mengalami kerusakan, pada dinding bangunan juga terlihat banyak coretan dari tangan – tangan yang tidak bertanggung jawab.
Baca juga
Aktivitas stasiun ini sudah ditutup sejak 2007. Terlihat bekas sejumlah bangunan yang diperkirakan dahulu berupa Peron, ruang penjualan tiket KA, ruang operator pengaturan lalu – lintas KA, ruang kepala stasiun, toilet, rumah dinas serta salah satu ruang yang diperkirakan sebagai ruang diesel saat terjadi listrik padam.
Menurut Kasi Pembangunan Desa Kedundang, R. Puspitaningrum, secara geografis sebenarnya stasiun Kedundang ini berada di wilayah Desa Kulur. “Secara persis pemetaan wilayahnya dahulu seperti apa saya tidak tahu, kalau namanya memang Stasiun Kedundang tapi ini berada diwilayah Desa Kulur. Dan sebatas yang saya ketahui stasiun ini sudah ada sejak zaman penjajahan,” ucap Puspitaningrum.
Ditambahkan, pasca kunjungan Menteri Perhubungan beberapa waktu lalu, dipastikan bahwa stasiun Kedundang bakal dibangun dan diaktifkan lagi sebagai sarana pendukung beroperasinya Bandara YIA. “Nanti penghubungnya stasiun ini, baik yang dari arah timur Kulon Progo maupun yang dari arah barat,” tambahnya.
Sedangkan nantinya rencana pembangunan rel Kereta Api Trase Kedundang – Bandara bakal membelah jalur nasional serta melintas di empat desa yakni Desa Kulur, Desa Kaligintung, Desa Kalidengen serta Desa Glagah. Di Desa Kulur ada 1 Kepala Keluarga (KK) yang terdampak, Desa Kaligintung 10 KK, Desa Kalidengen berupa lahan sawah milik warga dan tanah pelungguh perangkat desa serta untuk Desa Glagah terdapat 11 KK.
“Sebatas yang saya ketahui dari stasiun ini melewati pasar Dondong dan melintasi jalan nasional baru kemudian wilayah Kalidengen dan Glagah terus Bandara. Kalau enggak salah sepanjang lima kilometer. Mayoritas lahan sawah warga yang dilewati,” pungkasnya.
Penulis | : Bhisma Bharata |
Editor | : Sodik |