SLEMAN (wartakonstruksi.com) – Gagalnya pembangunan sejumlah telagadesa yang sudah direncanakan di tahun 2018 lalu berdampak cukup luas. Selain perencanaan desa yang akhirnya terbengkalai, proyek telaga juga menghambat usaha warga.
Hal ini terjadi di Sukoharjo, Ngaglik, Sleman. Warga desa sudah terlanjut mengorbankan usahanya demi pembangunan telaga yang sesuai hasil tender seharusnya digarap CV Bunga Padi. Namun karena izin Gubernur untuk penggunaan tanas kas desa tidak turun, maka proyek telag pun gagal direalisasi.
Celakanya, warga sampai saat ini belum berani memulai kembali usaha perikanan di calon lokasi telaga. Warga khawatir setelah usaha dimulai kembali ternyata di tengah jalan izin turun dan telaga jadi dibangun, usaha mereka kembali harus dihentikan. Artinya mereka mengalami kerugian lebih besar.
Baca juga:
“Dulu memang dimanfaatkan masyarakat dibuat kolam-kolam kecil untuk pembesaran ikan, tapi terus berhenti. Sampai sekarang belum diisi lagi. Takut sewaktu-waktu izin turun dan telaga jadi dibangun,†ucap Hadi Subroto, Kepala Besa Sukoharjo saat berbincang dengan
Warta Konstruksi, belum lama ini.
Menurut Hadi, jumlah kolam yang digunakan warga ada sembilan kolam. Namun di bagian bawahnya di sisi selatan, cukup banyak kolam yang juga bisa memanfatkan sumber air dari telaga. Saat ini, dari 9 kolam yang sebelumnya digunakan, hanya 1-2 saja yang kembali digunakan.
Warga desa, lanjut Hadi, nya sudah siap menyambut kehadiran telaga desa. Pemdes, kata dia, sudah menggelar siding dengan BPD dan sudah menyiapkan skema pengelolaan setelah telaga jadi dibangun. Termasuk di dalamnya rencana pengembangan wana desa untuk mengoptimalkan tanah yang ada.

Kades Sukoharjo Hadi Subroto berhrap proyek telagadesa bisa direalisasikan karena sangat dibutuhkan warga. Foto: Dokumentasi WK
“Di sisi timurnya sudah ditanami buah-buahan, kemarin kita mulai dengan menanam bibit pohon rambutan, klengkeng, durian, dan mangga. Nanti itu bisa dijadikan wana desa diintegrasikan dengan telaga,†terangnya.
Tanah kas desa yang direncakan untuk membangun telagadesa Sukoharjo seluas 8000 meter persegi. Tanah itu semula merupakan tanah pelungguh. Karena akan digunakan untuk telaga, Pemdes kemudian mengganti pelungguh itu sehingga kini berstatus tanah kas desa.
Hadi masih berharap telagadesa jadi dibangun. Sebab, kehdiran telaga sangat dibutuhkan terutama untuk menopang sektor pertanian dan meringankan beban warga yang selama ini mengandalkan sumur pantek untuk memenuhi kebutuhan air di lagan pertaniannya.
“Kalau nanti ada telaga otomatis air jadi naik dan bisa mengalir ke sawah-sawah warga. Telaga bisa menjadi solusi kekurangan air di wilayah kami. Seperti sekarang sudah musim hujan saja petani masih kekurangan air,†jelasnya.
(Redaksi WK)
Penulis |
: |
Editor |
: wkeditor |